Rabu, 02 November 2016

Pertobatan



PERTOBATAN DAN PEMBAHARUAN SEBAGAI DASAR IMAN KRISTEN

I.                   PENDAHULUAN
Bukan Rahasia Lagi kalau manusia Zoon Politicon Cuptanus, yang harus bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya secara horizontal. Selai itu dalam kaitan Vertikal Relation dengan Tuhan, manusia sebagai insan relgius yang wajib memelihara hubungannya dengan Sang Penciptanya. Dalam kaitannya secara aplikatif manusia dituntut untuk bersikap, beretika dengan benar, dan sikap atau etika yang benar harus berlandaskan pada dasar yabg benar, sebab orang bisa beretika benar taapi belum dasar atau motivasinya benar. Dengan kata lain manusia terkhususnya umat Kristen sangat perlu mengetahui dan memahami apa dasar beretika yang benar dalam konteks Kristiani yang Alkitabiah. Dasar beretika adalah “Pertobatan dan Pembaharuan”,

II.                PEMBAHASAN
2.1. Pertobatan
            Pengertian Pertobatan
  1. Pengertian Pertobatan dalam PL
Perjanjian Lama menggunakan 2 istilah untuk pertobatan yaitu: Nacham dan Shubh.[1] Nacham berarti sesuatu yang mengandung arti adanya perasaan yang dalam, baik perasaan menderita (Nacham dalam bentuk Niphal) atau perasaan terlepas (dalam bentuk Puel). Menderita (Niphal) di sini berarti menyesal yang disertai adanya perubahan rencana dan tindakan. Dan perasaan terlepas (Piel) menunjukkan arti dan tindakan menghibur diri dan kata-kata ini dipahami bukan saja untuk manusia, teapi juga untuk Tuhan (bnd Kej 6: 6-7, Kel 32:14, Hak 2:18, I Sam 15: 11). Sedangkan kata yang paling umum dipakai adalah Shubh, yang artinya berbalik, berbalik kembali atau kembali lebih luas lagi Shubh melukiskan tindakan manusia yang menjangkau kesalahan secara terbuka, keadaan hati yang menyesal, dan menormalisasi hubungan dengan Tuhan. Pentingnya Shubh ini dalam PL ditunjukkan dengan jumlah pemakaian akan kata itu yaitu mencapai 1054 kaki.[2]  
Pertobatan dalam PL tidak dapat dipisahkan dengan Hukum Taurat, karena tauratlah yang menjadi dasar beretika, bahkan dasar yang mengatur seluruh Proses kehidupan bangsa Israel. Dalam konteks PL berbalik kepada Allah berarti berbalik pada hukum taurat, jadi bertobat dapat diartikan adalah melakukan apa yang dituntut olah hukum taurat.[3] PL juga menekankan bahwa cakupan pertobatan melebihi duka cita penyesalan dan perubahan tingkah laku lahiriah, tetapi dalam hal apapun pertobatan yang sungguh- sungguh itu mencakup merendahkan diri batiniah di hadapan Allah, perubahan hati yang sungguh- sungguh dan benar-benar merindukan Allah (Ul 4:29, 30: 2, 10, Yes 6: 9), disertai pengenalan yang jelas dan baru tentang jalan-Nya (Yes 24:7), dan kami kira melalui pertobatan itu adalah lebih dari semua itu, yakni pertobatan itu harus dihidupi sehingga teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
  1. Pe ngertian Pertobatan dalam PB
PB yang menggunakan bahasa Yunani menggunakan 3 kata dalam mendeskripsikan pengertian pertobatan, ketiga itu adalah “Metanoia, Epistrope, dan Metamekeia ” [4]
·         Metanoia (Verb. Metanoeo)
Adalah kata yang paling umum digunakan dalam PB, dan kata ini muncul sekitar 58 kali dalam PB.[5] Secara azasi kata ini berarti perubahan hati, yakni pertobatan nyata dalam pikiran, sikap, pandangan dengan arah yang sama sekali berubah, berbalik pada Allah dan mengabdi pada-Nya. Hal ini terungkap dalam perangai seseorang sebagai dampak dari karya Roh Kudus. Dalam bahasa Inggris kata ini diterjemahkan sebagai Repentance namun terjemahan ini kurang mendalam sehingga menghilangkan aspek emosionalnya. Menurut Tnench terjemahan yang sesuai dengan Yunani Klasik adalah:
a.       Pengetahuan yang diperoleh kemudian, mengetahui sesudahnya,
b.      Berubah pikiran sebagai hasil yang sudah diperoleh itu,
c.       Menyesali jalan semula yang diambil, dan
d.      Suatu tingkah laku untuk masa depan.
Namun kata Metanoia ini tidak hanya menyatakan perubahan kearah yang baik tetapi juga sebaliknya yakni perubahan kea rah yang buruk.[6]
·         Epistrophe (Verb. Epistropho)
Kata kedua yang jg sering dipahami untuk menunjukkan pertobatan dalam Pb adalah Epistrophe. Kata ini muncul 2 kali sebagai kata benda dan beberapa kali sebagai kata kerja. Walaupun kata ini jarang dipakai jika dibandingkan dengan metanoia, tetapi kata ini kadang punya makna yang lebih dalam dari kata metanoia. Kata ini menunjukkan langkah terakhir dari pertobatan yang menekankan kenyataan bahwa hubungan yang baru dan kehidupan yang aktif telah ditunjukkan kearah yang lain. Terkadang metanoia hanya mengandung pengakuan akan dosa- dosa tetapi epistrophe selalu mencakup elemen iman.[7]
·         Metameleia (Verb. Metamelomai)
Metamekeia adlah kata ke tiga yang beberapa kali juga muncul di dalam PB untuk menterjemahkan Nicham. Secara sederhana kata ini berarti menjadikan perhatian pada seseorang sesudahnya. Kata ini muncul sebanyak 5 kali (Mat 21:29, 32; 27:3, II Kor 7:10, Ibr 7:2). Metamekeia dalam ayat-ayat ini menekankan elemen penyesalan akan dosa yang sangat  mengutamakan elemen negatif, netrospektif dan emosional.
Jika dilihat dari kata-kata di atas, maka kita dapat simpulkan pertobatan dalam PB sungguh memiliki makna yang tidak hanya mencakup penyesalan tetapi juga menuntut perubahan sikap yang berbalik dari kehidupan lama dan aktif berjalan dalam hidup baru berdasarkan terang Kristus. Jika dalam PL pertobatan pada Allah dapat disamakan dengan pertobatan pada taurat, maka dalam PB namanya sedikit berbeda tetapi tujuannya sama. Pertobatan dalam PB menekankan kebersatuan dalam Pribadi Yesus. Berusaha meneladani Yesus, karena Yesus Tuhan adalah kegenapan dalam hukum taurat. Bahkan Paulus menyatakan bahwa pertobatan adalah ciptaan baru (II Kor 5:17), pertobatan itu ditekankan sebagai unsur yang penting dengan perenungan yang sungguh sebagai dasar untuk hidup baru atas anugerah Tuhan. 

            Hakikat Pertobatan
William Chang dalam bukunya Pengantar Teologi Moral menyebutkan bahwa hakikat pertobatan adalah meliputi 2 hal yaitu:
A.    Perubahan Menyeluruh
Perubahan menyaluruh tertuju pada transformasi moral religius dari yang jahat kepada yang baik. Dalam seluruh hidup manusia. Perubahan manusia secara menyeluruh ini adalah indikasi pertobatan dan perubahan ini menuntut untuk merekapitulasi dan mentransformasi orientasi dasar manusia yang telah begitu melawan Tuhan. Perubahan disini harus terjadi secara personal dengan penyesalan sempurna dalam bentuk penyerahan diri secara menyeluruh untuk diatur oleh Tuhan. Jadi pertobatan harus didasari dengan perubahan sikap yaitu berbalik pada Allah secara menyeluruh dengan penyesalan hati dan tanpa paksaan.
B.     Buah Kerja Sama
Pertobatan adalah buah kerja sama antara Allah dan manusia. Kerjasama yang dimaksud bukanlah kerjasama sederajat, bukan berarti juga kalau Allah yang   mengerjakan setengah dan kemudian setengahnya lagi dikerjakan oleh manusia. Kerjasama yang dimaksud adalah proses pertobatan atas anugerah Tuhan. Dimana Tuhan yang memanggil dan panggilan itu ditanggapi oleh manusia. Tanggapan itu diekspresikan berupa penyesalan mendalam dan sungguh memberikan kebebasan  kepada manusia untuk memilih. Dalam kaitan ini kita harus menggaris bawahi bahwa Allah tetap memegang kembali atas segala hal dan pertobatan itu terjadi tidak pernah karena kehebatan manusia.

            Sarana Pertobatan
Sarana pertobatan selalu berada di pihak Allah dan hanya karena karunia Allah. Dan sarana yang dipakai berdasarkan kesaksian Alkitab adalah Firman Allah (Luk 16:30-31), pemberitaan Injil (Mat 12:41, Luk 24:47), kebaikan Allah pada mahkluk ciptaannya (Rom 2:4, II Pet 3:9), ajaran dari Tuhan (Ibr 12:10-11), percaya akan kebenaran (Yun 3:5-10), dan lain-lain adalah sarana-sarana pertobatan.[8] Dan jika kita menganalisa sarana- sarana ini kita akan sampai pada kesimpulan bahwa pertobatan itu Theo-Sentris atas kasih-Nya pada umat-Nya.

            Jenis- Jenis Pertobatan
Ada 3 jenis pertobatan menurut William Chang Yaitu:
  1. Pertobatan Intelektual
Pertobatan Intelektual adalah penjelasan yang mendalam tentang suatu kenyataan. Kenyataan disini diartikan sebagai sesuatu yang bisa diterima manusia melalui pengalaman yang diperhitungkan dengan pengertian. Pertobatan ini berusaha untuk keluar dari kerangka fikiran manusia yang salah yang berusaha merumuskan Allah. pertobatan ini ditandai dengan peralihan terus-menerus tentang idiologi, pengertian yang salah, gamnaran palsu tentang Tuhan yang sebenarnya seperti yang Tuhan Yesus sendiri sebutkan (bnd Mat 11:27). Karena sekarang banyak gambaran tentang tentang Tuhan yang dibuat oleh manusia seperti hakim yang agung, polisi surga, dan lain-lain. Jadi dengan bantuan pertobatan intelektual ini manusia dapat berpaling dari gambaran Tuhan yang keliru kepada Allah yang memanggil kita didalam Tuhan Yesus (bnd II Kor 4:6).
  1. Pertobatan Moral
Pertobatan Moral adlah pertobatan yang tidak hanya berhenti pada pemahaman, tetapi juga mencakup mencakup tindakan nyata. Ini adalah wujud aplikatif tentang pengertian . tentang apa yang baik kedalam tindakan konkrit. Pertobatan ini tidak lagi berbasiskan kepuasan atas keputusan tertentu tetapi lebih mengarah kepada orientasi nilai etis apa yang dihasilkan tindakan itu.

  1. Pertobatan Religius
Pertobatan Religius ini melebihi pemahaman pertobatan intelektual maupun moral. Pertobatan ini adalah dasar baru bagi semua penilaian dan perbuatan tentang kebaikan dan ini pulalah klimaks dari kedua pertobatan sebelumnya. Dalam pertobatan ini Tuhan merukunkan kembali semua hubungan kita dan mamberikan kita kebebasan yang penuh dengan tanggung jawab sebagai orang-orang yang telah dipanggil-Nya. Pertobatan Religius ini tidak hanya mencakup perubahan cara pikir (intelektual), perubahan sikap (moral), tetapi juga meliputi pembaharuan kerohanian.

2.2. Dasar Pembaharuan
2.2.1        Pengertian Pembaharuan
Dalam Alkitab pembaharuan sering sekali disamakan maknanya dengan kelahiran kembali (2 Kor. 4:6). Kata Yunani yang dipakai untuk kelahiran kembali ini adalah Paligenesia dan kata paligenesia ini dipakai secara umum dan khusus. Secara umum yaitu, untuk menunjuk kepada pembaharuan segala sesuatu, pembaharuan alam semesta, yang kelak akan terjadi pada kedatangan Kristus yang ke 2 kali atau menunjuk kepada cara hidup yang baru pada umumnya. Dan secara khusus merujuk pada karya Tuhan Allah yang dikerjakan secara langsung dengan perantaraan Roh Kudus, untuk mencurahkan hidup baru ke dalam diri manusia, yang semula mati secara rohani itu, sehingga manusia dapat mengungkapkan hidup yang baru.[9]Pembaharuan batin ini mencakup pembaharuan hati dan pikiran, dimana Roh Kudus bekerja secara tersembunyi.  

2.2.2        Pentingnya Pembaharuan
Tidak mungkin manusia dapat beretika dan bersekutu dengan Allah karena hakekat manusia yang telah rusak dalam dosa. Karena itu pembaharuan adalah syarat mutlak yang harus manusia peroleh atas anugerah Allah. perubahan moral ini hanya dapat dilakukan dengan karya Roh Kudus  dan perubahan ini membuahkan pengudusan Allah. Kelahiran kembali atau pembaharuan ini menyatakan diri dalam pertobatan dan iman. Dalam pembaharuan Roh Kudus bekerja secara tersembunyi, namun walaupun begitu hasilnya nyata dalam wujud pertobatan dan iman. Karena orang yang dilahirkan kembali tentu akan bertobat dan percaya. Pertobatan dan iman inilah yang merupakan respon manusia terhadap panggilan Allah dan respon ini tentu harus menyertakan ketaatan mutlak pada kehendak Tuhan.



2.2.3        Sarana Pembaharuan
Pembaharuan adalah mutlak karya Roh Kudus namun dalam aplikasinya praktisnya Roh itu memakai sarana pembaharuan yaitu:[10]
1.      Kehendak Allah, yaitu sesuatu yang berawal dari Allah.
2.      Kematian dan kebangkitan Kristus, yakni kelahiran baru/pembaharuan yang timbul karena iman pada karya salib Yesus
3.      Firman Allah, yaitu firman yang menyadarkan dan mebaharui.
4.      Para pelayan firman
5.      Roh Kudus

2.2.4        Akibat Pembaharuan
Orang yang telah mengalami pembaharuan pasti akan dilahirkan kembali dalam Roh dan Kebenaran, dan setiap orang yang telah lahir dalam Roh dan Kebenaran pasti akan mampu untuk beretika secara benar juga. Pembaharuan menghasilkan pertobatan dan iman serta membawa pengampunan dan anugerah Allah. tanpa pembaharuan manusia tidak mampu untuk beretika karena hati dan kehendaknya dikuasai oleh dosa. Jadi pembaharuan berdampak pada perubahan kelakuan, sikap hidup yang murni dan ketaatan kepada Allah.

2.3. Pertobatan dan Pembaharuan Sebagai Dasar Etika Kristen
Kita telah memahami apa itu etika, yang mana etika itu bukan hanya mencakup wujud perbuatan tapi juga kehendak perbuatan baik itu sendiri. Pertobatan dan pembaharuan adalah adalah elemen dasar yang harus diterima agar kehendak manusia itu dimurnikan dari kehendak dosa. Dasar beretika tentu harus kembali kapada kemurnian hati bagaimana manusia itu berkehendak. Kita perlu kembali mengkaji perbedaan antara moral dan etika yang merupakan hal yang sama dalam wujud berbuat baik tapi belum tentu kehendak atau motivasinya benar. Kehendak/motivasi itu juga harus baik agar tercipta sikap/tindakan yang baik.
Kehendak atau motivasi untuk berbuat baik itu hanya dapat diterima bila kita telah mengalami pertobatan dan pembaharuan oleh Roh Tuhan, karena bertobat itu sejalan dengan percaya dan berbalik kepada Allah. saat bertobat dan percaya manusia memperoleh pembaharuan hidup dan dalam pembaharuan hidup berarti harus ada tindakan nyata. Namun pertobatan juga tidak berhenti sampai di situ, karena manusia hidup dalam dunia dan berpotensi untuk berdosa lagi, jadi perrlu adanya pertobatan dan pembaharuan terus-menerus agar tercipta hidup beriman yang terus-menerus disempurnakan oleh Roh Tuhan. Itu sangat diperlikan karena tabiat manusia adalah manusia yang berdosa dan oleh karena itu perlu proses pertobatan dan pembaharuan yang terus-menerus. Inilah dasar beretika hidup yang benar dan baik, kita akan menghasilkan perbuatan atau etika yang baik jika kita tetap hidup dalam proses pertobatan dan pembaharuan setiap hari.

III.             KESIMPULAN
Etika adalah dasar hubungan yang benar baik secara horizontal dan vertical kepada Tuhan. Pertobatan dan pembaharuan sebagai dasar etika Kristen adalah hal yang esensial dan sangat fundamental bila ingin beretika benar maka pertobatan dan pembaharuan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Dengan ini kami menyimpulkan bahwa pertobatan dan pembaharuan sangat penting sebagai dasar beretika dan ini tidak dapat dipisahkan juga dari peran serta Roh Tuhan.

IV.             KEPUSTAKAAN

Berkhof, Louis., Teologi Sistematika 4 Doktrin Keselamatan, Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1997
Chang, William.,  Pengantar Teologi Moral, Semarang: KANISIUS, 2000
Echols, Jhon. M., dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia , Jakarta : PT Gramedia, 2005
Hadjiwijono, Harun.,  Iman Kristen, Jakarta: BPK GM, 2006
Penyusun, Tim.,  Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jakarta: YKBK/ OMF, 1995
Penyusun, Tim.,  Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991
Ten Napel, Henk.,  Jalan Yang Lebih Utama Lagi, Jakarta: BPK-GM, 1988
Theissen, Henry C.,  Teologi sistematika, Malang: Gandum Mas, 2008






[1] Louis Berkhof, Teologi Sistematika 4 Doktrin Keselamatan, Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1997, Hlm. 149-150
[2] William Chang, Pengantar Teologi Moral, Semarang: KANISIUS, 2000, Hlm. 183
[3] Henk Ten Napel, Jalan Yang Lebih Utama Lagi, Jakarta: BPK-GM, 1988, Hlm. 21
[4] Lois Berkhof, Op Cit, Hlm. 150-154
[5] Tim Penyusun, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jakarta: YKBK/ OMF, 1995, Hlm. 486
[6] Lois Berkhof, Op Cit, Hlm. 151
[7] Ibid, Hlm 154
[8] Henry C. Theissen, Teologi sistematika, Malang: Gandum Mas, 2008, Hlm. 412
[9] Harun Hadjiwijono, Iman Kristen, Jakarta: BPK GM, 2006, hlm. 398
[10] Henry C. Theissen, Op. Cit, hlm. 428

1 komentar: